Menu

Cermin Kitab Kuning: Menelisik Teks Klasik Untuk Introspeksi Diri

Penulis : Dr. Syamsul Yakin, M.A.
Ukuran : 14 x 20 cm
Tebal : x + 295 hlm.
ISBN : 978-623-466-436-2
Cover : Soft cover
Berat : -

Kitab Kuning tidak pernah kering oleh ilmu dan hikmah. Kitab Kuning adalah cermin. Cermin yang tak pernah lekang  dimamah  zaman. Karena yang menulisnya adalah cermin sepanjang zaman, yakni ulama pewaris para nabi. Isi Kitab Kuning sarat dengan nasihat, tempat bagi setiap orang datang  becermin. Cacat diri tampak dengan jelas. Adakah dosa yang ditimbulkan oleh mata, telinga, mulut, tangan, dan kaki? Tak bisa ditutupi karena cermin memantulkannya. Secara filosofis, Kitab Kuning dapat dianggap sebagai cermin dengan beberapa argumentasi. Pertama, setelah membaca Kitab Kuning, orang akan menerima diri apa adanya, sesuai dirinya dan yang dipantulkan cermin. Sisi baik akan jadi motivasi. Sisi buruk akan jadi koreksi.

Kedua, membaca Kitab Kuning berarti mengamati diri sendiri, adakah yang sesuai dan keluar dari titah ulama? Sebagai perwaris para nabi, ulama memberi solusi jitu memenukan yang keliru dan memantulkan yang benar secara akurat. Jadilah Kitab Kuning sebagai media  introspeksi diri. Ketiga, seperti layaknya cermin, Kitab Kuning tidak tebang pilih. Siapa saja yang mendatanginya akan diberi motivasi dan dikoreksi, kendati yang mengacakan diri adalah pejabat yang butuh citra baik di mata masyarakat.

Di hadapan Kitab Kuning, seorang hamba sahaya bisa jadi raja apabila dia mampu menguasai syahwatnya. Sebaliknya seorang raja justru jadi hamba sahaya manakala dia dibelenggu syahwat kuasanya. Secara praktik, buku ini mengajak untuk menjadikan Kitab Kuning sebagai cermin. Untuk cermin akhlak mulia sudah dibaca kitab al-Mawaidz al-Ushfuriyah karya Syaikh Muhammad bin Abi Bakar. Saat ini sedang diamati kitab tipis fikih Syafi’i, yakni Matan Taqrib.

Urun rembuk menjadikan Kitab Kuning sebagai cermin dilakukan juga pada setiap Sabtu mulai pukul 06.00 sampai 07.00 pagi. Penggiatnya adalah para laki-laki. Kitab Kuning yang dipelajari terkait cermin akidah adalah kitab Syarah Qathrul Ghaits. Lalu untuk cermin ibadah adalah kitab Tanqihul Qaul. Cermin akhlak adalah kitab Nashaihul Ibad.  Semuanya karya Syaikh Nawawi. Saat ini dalam upaya meniru akhlak al-Qur’an, para laki-laki juga sedang mempelajari kitab Tafsir Jalalain, karya duo-ulama bernama depan Jalaluddin.

Buku ini dimaksudkan sebagai bacaan praktis  yang dengan  mudah dibawa ke mana saja. Termasuk bisa dijadikan sebagai materi ceramah.  Karena memuat sumber yang otoritatif dan valid. Bagi para akademisi, buku ini bisa dijadikan bahan penjelajahan awal untuk terjun ke dalam lautan khazanah Kitab Kuning yang tak pernah kering.

Stok Kosong

Cermin Kitab Kuning: Menelisik Teks Klasik Untuk Introspeksi Diri

Penulis : Dr. Syamsul Yakin, M.A.
Ukuran : 14 x 20 cm
Tebal : x + 295 hlm.
ISBN : 978-623-466-436-2
Cover : Soft cover
Berat : -

Kitab Kuning tidak pernah kering oleh ilmu dan hikmah. Kitab Kuning adalah cermin. Cermin yang tak pernah lekang  dimamah  zaman. Karena yang menulisnya adalah cermin sepanjang zaman, yakni ulama pewaris para nabi. Isi Kitab Kuning sarat dengan nasihat, tempat bagi setiap orang datang  becermin. Cacat diri tampak dengan jelas. Adakah dosa yang ditimbulkan oleh mata, telinga, mulut, tangan, dan kaki? Tak bisa ditutupi karena cermin memantulkannya. Secara filosofis, Kitab Kuning dapat dianggap sebagai cermin dengan beberapa argumentasi. Pertama, setelah membaca Kitab Kuning, orang akan menerima diri apa adanya, sesuai dirinya dan yang dipantulkan cermin. Sisi baik akan jadi motivasi. Sisi buruk akan jadi koreksi.

Kedua, membaca Kitab Kuning berarti mengamati diri sendiri, adakah yang sesuai dan keluar dari titah ulama? Sebagai perwaris para nabi, ulama memberi solusi jitu memenukan yang keliru dan memantulkan yang benar secara akurat. Jadilah Kitab Kuning sebagai media  introspeksi diri. Ketiga, seperti layaknya cermin, Kitab Kuning tidak tebang pilih. Siapa saja yang mendatanginya akan diberi motivasi dan dikoreksi, kendati yang mengacakan diri adalah pejabat yang butuh citra baik di mata masyarakat.

Di hadapan Kitab Kuning, seorang hamba sahaya bisa jadi raja apabila dia mampu menguasai syahwatnya. Sebaliknya seorang raja justru jadi hamba sahaya manakala dia dibelenggu syahwat kuasanya. Secara praktik, buku ini mengajak untuk menjadikan Kitab Kuning sebagai cermin. Untuk cermin akhlak mulia sudah dibaca kitab al-Mawaidz al-Ushfuriyah karya Syaikh Muhammad bin Abi Bakar. Saat ini sedang diamati kitab tipis fikih Syafi’i, yakni Matan Taqrib.

Urun rembuk menjadikan Kitab Kuning sebagai cermin dilakukan juga pada setiap Sabtu mulai pukul 06.00 sampai 07.00 pagi. Penggiatnya adalah para laki-laki. Kitab Kuning yang dipelajari terkait cermin akidah adalah kitab Syarah Qathrul Ghaits. Lalu untuk cermin ibadah adalah kitab Tanqihul Qaul. Cermin akhlak adalah kitab Nashaihul Ibad.  Semuanya karya Syaikh Nawawi. Saat ini dalam upaya meniru akhlak al-Qur’an, para laki-laki juga sedang mempelajari kitab Tafsir Jalalain, karya duo-ulama bernama depan Jalaluddin.

Buku ini dimaksudkan sebagai bacaan praktis  yang dengan  mudah dibawa ke mana saja. Termasuk bisa dijadikan sebagai materi ceramah.  Karena memuat sumber yang otoritatif dan valid. Bagi para akademisi, buku ini bisa dijadikan bahan penjelajahan awal untuk terjun ke dalam lautan khazanah Kitab Kuning yang tak pernah kering.

Stok Kosong

Buku Rekomendasi