Menu

Literasi Kritis Berbasis IESQ Power: Menyoal Kaum Milenial di Era Digital

Penulis : Peribadi dan La Ode Muhammad Amsar
Ukuran : 14 x 20 cm
Tebal : xii + 194 hlm.
ISBN : 978-623-466-215-3
Cover : Soft cover
Berat : 250 gr

Meski pada awalnya gambaran visi masa depan Prof. Harari sulit dipahami dan sulit terbantahkan bahwa manusia bukan hanya kehilangan dominasinya atas dunia, tetapi ternyata manusia kontemporer tampak kehilangan semuanya. Pada gilirannya, manusia sedang menuju kehancurannya dan manusia sendirilah yang menjadi sumber kehancuran dirinya sendiri. Potret realitas simulasi, simulacra, dan hiperrealitas dalam struktur realitas masyarakat kontemporer telah tersandera secara akut oleh raksasa virtual yang bernama Facebook, Twitter, Instagram. Tentu saja kian mencemaskan, karena postmodernisme yang diagung-agungkan sebagai penggebrak emansipatoris, ternyata kini justru membelenggu manusia dengan mitos-mitos dan berhala-berhala baru ??? “Betapa tidak bisa dipungkiri bahwa maraknya eksploitasi kapitalisme agraris telah dan tengah serta masih terus berlangsung dengan nafsu angkara murkahnya sebagai implementasi dari etika neo-libnya. Para aktor dan aktris bencana deforestasi yang berkolaborasi dalam sebuah koorperasi pertambangan tampak tidak hanya saling berkejar-kejaran dengan setumpuk dollarnya, tetapi juga mulai terjadi balapan malapetaka ekosistem dan bencana lingkungan di sekitarnya. Tentu saja, ketika perselingkuhan pemanfaatan sumber daya alam terus berlangsung, maka entah kapan waktunya menggelegar sebuah “pertontonan transformasi sosial kemanusiaan yang amat menyedihkan

Stok Kosong

Literasi Kritis Berbasis IESQ Power: Menyoal Kaum Milenial di Era Digital

Penulis : Peribadi dan La Ode Muhammad Amsar
Ukuran : 14 x 20 cm
Tebal : xii + 194 hlm.
ISBN : 978-623-466-215-3
Cover : Soft cover
Berat : 250 gr

Meski pada awalnya gambaran visi masa depan Prof. Harari sulit dipahami dan sulit terbantahkan bahwa manusia bukan hanya kehilangan dominasinya atas dunia, tetapi ternyata manusia kontemporer tampak kehilangan semuanya. Pada gilirannya, manusia sedang menuju kehancurannya dan manusia sendirilah yang menjadi sumber kehancuran dirinya sendiri. Potret realitas simulasi, simulacra, dan hiperrealitas dalam struktur realitas masyarakat kontemporer telah tersandera secara akut oleh raksasa virtual yang bernama Facebook, Twitter, Instagram. Tentu saja kian mencemaskan, karena postmodernisme yang diagung-agungkan sebagai penggebrak emansipatoris, ternyata kini justru membelenggu manusia dengan mitos-mitos dan berhala-berhala baru ??? “Betapa tidak bisa dipungkiri bahwa maraknya eksploitasi kapitalisme agraris telah dan tengah serta masih terus berlangsung dengan nafsu angkara murkahnya sebagai implementasi dari etika neo-libnya. Para aktor dan aktris bencana deforestasi yang berkolaborasi dalam sebuah koorperasi pertambangan tampak tidak hanya saling berkejar-kejaran dengan setumpuk dollarnya, tetapi juga mulai terjadi balapan malapetaka ekosistem dan bencana lingkungan di sekitarnya. Tentu saja, ketika perselingkuhan pemanfaatan sumber daya alam terus berlangsung, maka entah kapan waktunya menggelegar sebuah “pertontonan transformasi sosial kemanusiaan yang amat menyedihkan

Stok Kosong